Imam Ghazali

ABU HAMID AL-GHAZALI  (1058-1128 M)

Abu Hamid bin Muhammad bin Muhammad al-Tusi al-Syafi’i al-Ghazali lahir pada tahun 1058 M di Khorasan, Iran. Ayahnya meninggal ketika ia masih sangat muda, tetapi ia memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan umum di Nisyapur dan di Baghdad. Tak lama kemudian ia memperoleh standar tinggi kesarjanaan dalam agama Islam dan filsafat dan diangkat sebagai Profesor di Universitas Nizamiyah BagdadPendiri Universitas yang pertama di dunia itu adalah seorang Wazir (Perdana Menteri) kekalifahan Abbasiyah yaitu Nizamul Mulk (1018 M – 1092 M).

Nizamul Mulk selama 30 tahun menjadi salah satu tokoh penting Jaman Keemasan Islam di  Bagdad, awalnya ia mengundang Imam Ghazali sebagai penceramah tetap di istana,  kemudian menggandeng Imam Ghazali sebagai Penasihat Agung, dan juga mengangkatnya sebagai Rektor Universitas Islam Nizamiyah.

Setelah beberapa tahun, bagaimanapun, Imam Ghazali melepaskan kegiatan akademis dan kepentingan-kepentingan duniawi lainnya dan menjalani kehidupan seperti seorang pertapa. Ini adalah proses (periode) transformasi mistik. Tetapi juga ada kemungkinan lainnya yaitu karena terbunuhnya Perdana Menteri Nizamul Mulk oleh orang suruhan Hasan Shabah,  mantan sahabatnya yang mendendam karena tidak diberi sesuatu jabatan ( tidak lulus ujian menghitung anggaran belanja negara). Nizamul Mulk semasa mudanya berteman dengan Hasan Shabah dan Omar Khayam, mereka bertiga mengikat perjanjian akan saling bantu apabila salah satu dari mereka menjadi orang penting.

Kemudian Imam Gazali meneruskan tugas mengajar, tetapi sekali lagi meninggalkan tugasnja. Era hidup menyendiri, yang ditujukan untuk kontemplasi dan menulis kemudian terjadi, yang menyebabkannya menjadi penulis dari sejumlah bukunya yang abadi. Dia meninggal tahun 1128 M. di Baghdad.

Kontribusinya yang utama terletak pada agama Islam, filsafat dan sufisme. Sejumlah filsuf Muslim telah mengikuti dan mengembangkan beberapa pandangannya tentang filsafat Yunani, termasuk filsafat Neoplatonik, dan ini menyebabkan konflik dengan beberapa tokoh Islam lainnya.

Di sisi lain, gerakan sufisme diasumsikan semacam proporsi kegiatan berlebihan untuk menghindari kepatuhan terhadap peribadatan dan tugas-tugas wajib Islam lainnya. Tak diragukan lagi berdasarkan kesarjanaan dan pengalaman mistis pribadinya, Ghazali berusaha untuk memperbaiki tren ini, baik dalam filsafat maupun dalam sufisme.

Dalam Filsafat, Ghazali menjunjung tinggi pendekatan matematika dan ilmu-ilmu eksakta sebagai dasar yang benar. Namun, ia mengadopsi teknik logika Aristotelian dan prosedur Neoplatonic dan mempekerjakan alat ini semata untuk meletakkan dengan telanjang akan kekurangan dari kekosongan umum Filsafat Neoplatonis dan untuk mengurangi pengaruh negatif dari Aristotelianisme dan rasionalisme berlebihan.

Berbeda dengan beberapa filsuf Muslim, misalnya, Al Farabi, ia menggambarkan alasan ketidakmampuan untuk memahami yang mutlak dan yang tak terbatas. Alasan pemikiran tidak bisa melebihi keterbatasan dan terbatas pada pengamatan relatif.

Juga, beberapa filsuf Muslim telah berpendapat bahwa alam semesta terbatas dalam ruang tetapi tak terbatas dalam waktu. Ghazali berpendapat bahwa waktu yang tak terbatas adalah berkaitan dengan ruang yang tak terbatas. Dengan kejernihan pikiran dan kekuatan argumennya, ia mampu menciptakan keseimbangan antara agama dan akal, dan mengidentifikasi lingkupnya masing-masing sebagai yang tak terbatas dan yang terbatas, secara berurutan.

Dalam agama Islam, terutama dalam mistisisme, ia bersihkan pendekatan sufism dari ekses-eksesnya  dan membangun kembali kewenangan ortodoks. Namun, dia menekankan pentingnya kemurnian sufisme, yang ia jaga adalah jalan untuk mencapai kebenaran yang mutlak.

Dia adalah seorang penulis yang produktif. Bukunya yang abadi meliputi Tuhafut al-falasifa (ketidaklogisan dari filsuf), al-Ihya ‘Ulum al-Islamia (Kebangkitan Ilmu Agama Islam), ” Awal dari Bimbingan dan Autobiography “,”Bebas dari kekeliruan”. Beberapa dari karya-karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa Eropa di Abad Pertengahan. Ia juga menulis sebuah ringkasan tentang Astronomi.

Pengaruh Ghazali amat dalam dan lestari. Dia adalah salah satu teolog terbesar Islam. Doktrin-doktrin teologinya menembus Eropa, mempengaruhi Yahudi dan Kristen Skolastik dan beberapa argumen-nya tampaknya telah diadopsi oleh St Thomas Aquinas dalam rangka  membangun kembali otoritas agama Kristen ortodok di Barat.

2 Tanggapan

  1. Oooh begitu yah sejarahnya, Jazakalloh Mas Bro..

    • Diterjemahkan dari Text bhs Inggris sumbernya tdk jelas kalau tidak salah Islamic Studies, Texas University

Tinggalkan Balasan ke Anna Afaf Najihah Batalkan balasan